Saturday, October 29, 2016

Hubungan antara Kebudayaan dan Ekonomi

Nugraha Syahputra Z.
15216517


Berbagai macam pengaruh kebudayaan kepada ekonomi di masyarakat

Kebudayaan dan ekonomi adalah dua sisi yang tak dapat dipisahkan karena merupakan produk dari manusia, dan manusia itu sendiri pun berkembang karena ada faktor budaya dan ekonomi yang mempengaruhinya. Banyak orang mengira bahwa ekonomilah yang membentuk budaya, namun ternyata budaya dan ekonomi adalah seperti dua sisi mata uang yang mempengaruhinya. Berikut adalah macam – macam pengaruh budaya terhadap perekonomian suatu masyarakat.
1. Pengaruh positif
    a. Mengurangi kesenjangan antara si kaya dan miskin serta menciptakan          keselarasan dalam bermasyarakat.
       Suku Baduy Dalam memiliki aturan hidup yang mengharuskan hidup untuk selaras dengan alam dan mengolahnya sendiri secara maksimal. Mereka tidak memperbolehkan penggunaan listrik, bahan – bahan kimia untuk perawatan tubuh seperti sampo dan sabun dengan alasan akan merusak alam. Suku Baduy Dalam sendiri tidak mengenal dengan perbandingan antara kaya dan miskin. Mereka hidup saling bergotong royong dan mata pencaharian mereka pun hanya dengan menjual hasil – hasil alam yang telah mereka dapatkan dan hasil karya yang mereka buat. Dapat kita lihat di sini, bagaimana sebuah aturan nenek moyang yang dipertahankan secara konsisten dapat mempengaruhi kehidupan ekonomi di suatu desa. Sebagai konsekuensinya tingkat pertumbuhan ekonomi suku Baduy dapat dikatakan lambat, namun mereka tidak terlalu mempedulikan itu karena ada suatu aturan yang mereka percaya lebih tinggi daripada hal tersebut.
       Lalu terdapat hari Idul Adha biasa yang dirayakan umat muslim di tanggal 10 bulan Dzulhijjah (kalender Islam). Di hari Idul Adha terdapat kebiasaan yang selalu dilakukan oleh umat muslim yaitu berqurban. Berqurban adalah kegiatan menyembelih hewan qurban demi mematuhi salah satu kewajiban umat muslim. Berqurban memang membutuhkan biaya yang lumayan besar, namun di lain pihak berqurban menguntungkan orang – orang yang kurang mampu. Dalam berqurban, biasanya umat muslim membagikan sebagian besar daging hasil sembelihan qurban mereka ke masyarakat yang kurang mampu. Dengan ini maka masyarakat yang kurang mampu tersebut mendapatkan kesempatan untuk menyantap daging dan menaikkan kebutuhan gizi mereka. Kesenjangan antara yang mampu dan kurang mampu pun menjadi berkurang.
b. Mendongkrak perekonomian melalui pariwisata
    Terdapat dua contoh di sini, yatu ibadah haji yang biasa dilakukan umat muslim dan kebudayaan agama Hindu di Bali. Dulu Arab Saudi hanyalah sebuah tanah tandus yang mengandalkan perekonomian dari hasil minyak mereka, namun salah satu kewajiban umat muslim membuat orang - orang datang ke Arab Saudi untuk menunaikan salah satu rukun Islam mereka, yaitu haji. Negeri padang gurun tersebut pun setiap tahun menerima orang – orang yang akan menunaikan haji mereka dan mendapatkan banyak keuntungan dari hal tersebut
      Lalu jika di Arab Saudi adalah pariwisata dalam rangka kepentingan religi maka di Bali, pariwisatanya bersifat pleasure yaitu senang-senang. Pulau Bali yang memiliki lingkup geografi yang unik menyebabkan banyak orang tertarik untuk mengunjunginya. Pulau Bali memiliki pantai – pantai yang terkenal dengan pasir putihnya, dan selain itu juga terkenal dengan susunan terasering sawah – sawah mereka yang dapat memberikan pemandangan natural yang indah. Pulau Bali yang tidak begitu besar pun membuat orang – orang dengan mudah berpindah tempat dari satu objek pariwisata ke objek pariwisata lainnya. Selain itu, ada sebuah kebudayaan khas yang tetap dijaga hingga saat ini sehingga membuat banyak turis terpikat dengan ke”eksotis”an penduduk setempat. Agama Hindu yang merupakan agama mayoritas penduduk setempat menarik hati para turis lokal maupun internasional dengan ritual -ritual serta karya seni yang mereka ciptakan. Di jalanan kita dapat melihat pura dan arca – arca yang dengan indah menghiasi jalan, lalu tarian penduduk Bali terutama tari Kecak telah terkenal di mancanegara. Yang tak kalah menariknya adalah budaya Ngaben. Ngaben adalah prosesi pembakaran jenazah dan pelepasannya ke laut sebagai tanda bahwa pihak keluarga yang ditinggalkan telah ikhlas dengan kepergian sang jenazah. Dalam ritual Ngaben, biasanya terdapat menara pengusung jenazah (Bade/Wadah) atau keranda (Pepaga) yang memiliki bentuk besar dan indah sehingga menarik perhatian banyak orang. Bade/Wadah ini pun diusung para kerabat / tetangga sang jenazah yang menggunakan pakaian adat mereka lalu dihantarkan ke lautan. Banyak turis yang tertarik dengan ritual ini, terutama saat prosesi pembakaran jenazah dan pelepasannya ke laut. Ada sebuah perasaan “mistis” tersendiri yang membuat orang – orang melihatnya pun berdecak kagum.

2.              Pengaruh negatif
    a.  Ritual yang membutuhkan banyak biaya
                  Di desa Bentek; Nusa Tenggara Barat ada dua upacara adat dalam ritual besar untuk menjalankan apa yang disebut sebagai bagian dari Adat Krama (adat perkawinan) dan Adat Gama (upacara adat yang berkaitan dengan agama). Upacara-upacara ini disebut Gawe yang dibagi menjadi Gawe Ala dan Gawe Ayu. Gawe Ala adalah upacara-upacara ritual yang berkaitan dengan upacara kemiskinan yang membutuhkan pembiayaan tidak sedikit mulai dari rangkaian acara penguburan, selamatan nyusur tanah 7, malam tahlilan, upacara hari ke-7, hari ke-9, hari ke-40, hari ke-100, nekolang hingga hari ke-1000 atau menyonyang (mengakhiri semua urusan dengan yang meninggal). Gawe Ayu adalah upacara-upacara ritual yang berkaitan dengan upacara hidup (terkadang disebut Gawe Urip). Upacara-upacara ini seperti upacara cukur rambut, asah gigi, sunatan, pesta perkawinan dan lain-lain.
Dalam upacara ini terdapat kebiasaan yang terjadi di masyarakat adat Desa Bentek, yaitu dalam pelaksanaan acara begawe atau tasyakuran harus mengundang seluruh anggota Banjar dan jumlahnya cukup banyak dan yang dijamu dengan aneka ragam makanan mulai dari jenis tradisional hingga jenis kue modern. Pada acara ini pos pembiayaan yang punya hajatan sangat tinggi mulai dari persiapan acara dimana warga Banjar tempat tinggalnya dan keseluruhan warga Banjar yang bekerja ini dijamu untuk makan siang dan malam harinya.
 
     Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan dan ekonomi adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Penduduk yang memiliki keadaan ekonomi yang maju pasti memiliki kebudayaan yang jauh lebih kompleks dibandingkan penduduk dengan ekonomi rendah, begitupun dengan kebudayaan. Kebudayaan dan nilai – nilai suatu masyarakat dapat membentuk bagaimana suatu penduduk menghasilkan, menjalankan dan menghabiskan  perekonomian mereka.


Referensi :

No comments:

Post a Comment