Nugraha Syahputra Z.
15216517
Berbagai macam pengaruh kebudayaan kepada ekonomi di masyarakat
Kebudayaan dan ekonomi adalah dua sisi yang tak dapat dipisahkan
karena merupakan produk dari manusia, dan manusia itu sendiri pun berkembang
karena ada faktor budaya dan ekonomi yang mempengaruhinya. Banyak orang mengira
bahwa ekonomilah yang membentuk budaya, namun ternyata budaya dan ekonomi
adalah seperti dua sisi mata uang yang mempengaruhinya. Berikut adalah macam –
macam pengaruh budaya terhadap perekonomian suatu masyarakat.
1. Pengaruh positif
a.
Mengurangi kesenjangan antara si kaya dan miskin serta menciptakan keselarasan dalam bermasyarakat.
Suku Baduy Dalam memiliki aturan hidup
yang mengharuskan hidup untuk selaras dengan alam dan mengolahnya sendiri
secara maksimal. Mereka tidak memperbolehkan penggunaan listrik, bahan – bahan
kimia untuk perawatan tubuh seperti sampo dan sabun dengan alasan akan merusak
alam. Suku Baduy Dalam sendiri tidak mengenal dengan perbandingan antara kaya
dan miskin. Mereka hidup saling bergotong royong dan mata pencaharian mereka
pun hanya dengan menjual hasil – hasil alam yang telah mereka dapatkan dan
hasil karya yang mereka buat. Dapat kita lihat di sini, bagaimana sebuah aturan
nenek moyang yang dipertahankan secara konsisten dapat mempengaruhi kehidupan
ekonomi di suatu desa. Sebagai konsekuensinya tingkat pertumbuhan ekonomi suku
Baduy dapat dikatakan lambat, namun mereka tidak terlalu mempedulikan itu
karena ada suatu aturan yang mereka percaya lebih tinggi daripada hal tersebut.
Lalu terdapat hari Idul Adha biasa yang dirayakan umat muslim di tanggal 10
bulan Dzulhijjah (kalender Islam). Di hari Idul Adha terdapat kebiasaan yang
selalu dilakukan oleh umat muslim yaitu berqurban. Berqurban adalah
kegiatan menyembelih hewan qurban demi mematuhi salah satu kewajiban umat
muslim. Berqurban memang membutuhkan biaya yang lumayan besar, namun di lain
pihak berqurban menguntungkan orang – orang yang kurang mampu. Dalam berqurban,
biasanya umat muslim membagikan sebagian besar daging hasil sembelihan qurban
mereka ke masyarakat yang kurang mampu. Dengan ini maka masyarakat yang kurang
mampu tersebut mendapatkan kesempatan untuk menyantap daging dan menaikkan
kebutuhan gizi mereka. Kesenjangan antara yang mampu dan kurang mampu pun
menjadi berkurang.
b. Mendongkrak
perekonomian melalui pariwisata
Terdapat dua contoh di sini, yatu ibadah
haji yang biasa dilakukan umat muslim dan kebudayaan agama Hindu di Bali. Dulu
Arab Saudi hanyalah sebuah tanah tandus yang
mengandalkan perekonomian dari hasil minyak mereka, namun salah satu kewajiban
umat muslim membuat orang - orang datang ke Arab Saudi untuk menunaikan salah
satu rukun Islam mereka, yaitu haji. Negeri padang gurun tersebut pun setiap
tahun menerima orang – orang yang akan menunaikan haji mereka dan mendapatkan
banyak keuntungan dari hal tersebut
Lalu jika di Arab Saudi adalah pariwisata
dalam rangka kepentingan religi maka di Bali, pariwisatanya bersifat pleasure
yaitu senang-senang. Pulau Bali yang memiliki lingkup geografi yang unik menyebabkan
banyak orang tertarik untuk mengunjunginya. Pulau Bali memiliki pantai – pantai
yang terkenal dengan pasir putihnya, dan selain itu juga terkenal dengan
susunan terasering sawah – sawah mereka yang dapat memberikan pemandangan
natural yang indah. Pulau Bali yang tidak begitu besar pun membuat orang –
orang dengan mudah berpindah tempat dari satu objek pariwisata ke objek
pariwisata lainnya. Selain itu, ada sebuah kebudayaan khas yang tetap dijaga
hingga saat ini sehingga membuat banyak turis terpikat dengan ke”eksotis”an
penduduk setempat. Agama Hindu yang merupakan agama mayoritas penduduk setempat
menarik hati para turis lokal maupun internasional dengan ritual -ritual serta
karya seni yang mereka ciptakan. Di jalanan kita dapat melihat pura dan arca –
arca yang dengan indah menghiasi jalan, lalu tarian penduduk Bali terutama tari
Kecak telah terkenal di mancanegara. Yang tak kalah menariknya adalah budaya
Ngaben. Ngaben adalah prosesi pembakaran jenazah dan pelepasannya ke laut
sebagai tanda bahwa pihak keluarga yang ditinggalkan telah ikhlas dengan
kepergian sang jenazah. Dalam ritual Ngaben, biasanya terdapat menara pengusung
jenazah (Bade/Wadah) atau keranda (Pepaga) yang memiliki bentuk besar dan indah
sehingga menarik perhatian banyak orang. Bade/Wadah ini pun diusung para
kerabat / tetangga sang jenazah yang menggunakan pakaian adat mereka lalu
dihantarkan ke lautan. Banyak turis yang tertarik dengan ritual ini, terutama
saat prosesi pembakaran jenazah dan pelepasannya ke laut. Ada sebuah perasaan
“mistis” tersendiri yang membuat orang – orang melihatnya pun berdecak kagum.
2.
Pengaruh negatif
a.
Ritual yang membutuhkan banyak biaya
Di desa Bentek; Nusa Tenggara
Barat ada dua upacara adat dalam ritual besar untuk
menjalankan apa yang disebut sebagai bagian dari Adat Krama (adat perkawinan)
dan Adat Gama (upacara adat yang berkaitan dengan agama). Upacara-upacara ini
disebut Gawe yang dibagi menjadi Gawe Ala dan Gawe Ayu. Gawe Ala adalah
upacara-upacara ritual yang berkaitan dengan upacara kemiskinan yang
membutuhkan pembiayaan tidak sedikit mulai dari rangkaian acara penguburan,
selamatan nyusur tanah 7, malam tahlilan, upacara hari ke-7, hari ke-9, hari
ke-40, hari ke-100, nekolang hingga hari ke-1000 atau menyonyang (mengakhiri
semua urusan dengan yang meninggal). Gawe Ayu adalah upacara-upacara ritual
yang berkaitan dengan upacara hidup (terkadang disebut Gawe Urip).
Upacara-upacara ini seperti upacara cukur rambut, asah gigi, sunatan, pesta
perkawinan dan lain-lain.
Dalam upacara ini
terdapat kebiasaan yang terjadi di masyarakat adat
Desa Bentek, yaitu dalam pelaksanaan acara begawe atau tasyakuran
harus mengundang seluruh anggota Banjar dan jumlahnya cukup banyak dan yang
dijamu dengan aneka ragam makanan mulai dari jenis tradisional hingga jenis kue
modern. Pada acara ini pos pembiayaan yang punya hajatan sangat tinggi mulai
dari persiapan acara dimana warga Banjar tempat tinggalnya dan keseluruhan
warga Banjar yang bekerja ini dijamu untuk makan siang dan malam harinya.
Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan dan ekonomi adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Penduduk yang memiliki keadaan ekonomi yang maju pasti memiliki kebudayaan yang jauh lebih kompleks dibandingkan penduduk dengan ekonomi rendah, begitupun dengan kebudayaan. Kebudayaan dan nilai – nilai suatu masyarakat dapat membentuk bagaimana suatu penduduk menghasilkan, menjalankan dan menghabiskan perekonomian mereka.
Referensi :
No comments:
Post a Comment