Thursday, May 4, 2017

Soft Skill. Bahasa Inggris II. Tugas 1. Conditional Sentences

Article 1
If you’re looking to invest your money in another country – for example – you might want to go with a private bank that has a footprint there as well. – Conditional Sentences type 1
Jika kamu ingin menginvestasikan uangmu di negara lain – sebagai contoh – kamu akan menginginkan sebuah bank pribadi yang memiliki jejak (track record) sebaik mungkin.
If you have corporate as well as personal needs, you might want to choose one that has corporate and private banking services. – Conditional Sentences type 1
Jika kamu memiliki perusahaan dan juga kebutuhan – kebutuhan pribadi, kamu mungkin akan menginginkan untuk memilih yang mempunyai jasa servis bank pribadi dan perusahaan
if you enjoy additional perks and like the idea of a private bank that’s kitted out in bells and whistles – engaging a big private bank might be the right way to go
Conditional Sentences type 1 . Jika kamu menikmati bonus / keuntungan tambahan dan menyukai ide dari bank pribadi yang dapat digunakan sesuai keinginanmu, maka memilih bank pribadi yang besar akan menjadi jalan yang benar
If you’re reading reviews before deciding which hotel to stay in while on holiday or where to have your dinner tonight, you really should be doing the same before choosing a private bank – Conditional Sentences type 1
Jika kamu membaca ulasan sebelum memutuskan hotel yang mana untuk tinggal selama liburan atau harus kemana untuk makan malam, maka kamu harus melakukan hal yang sama sebelum memilih bank pribadi
Article 2
If Congress follows President Donald Trump's lead on corporate tax reform, American companies will see their tax rate slashed from the top 35 percent rate. Conditional sentences type 1
Jika Kongress mengikuti kepemimpinan Donald Trump atas reformasi pajak perusahaan, Perusahan – perusahaan Amerika akan melihat tingkat pajak mereka terpangkas dari 35 persen
The Trump administration has signaled it wants to offer companies a steeply discounted tax rate on those profits if they bring them back home. Conditional sentences type 1
Bagian administrasi Trup telah memberikan tanda bahwa dia menginginkan untuk menawarkan perusahaan – perusahaan sebuah diskon pajak yang tinggi pada semua keuntungan (saham) tersebut jika mereka membawanya kembali.


Saturday, January 14, 2017

Tugas IBD 4. Manusia dan Penderitaan. Kelompok 6


MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR


MANUSIA DAN PENDERITAAN”






DISUSUN OLEH :
RATU SEGA PRADITA (16216104)
NUGRAHA SYAHPUTRA (15216517)
REVINA (16216231)




KELAS 1EA31
FAKULTAS EKONOMI
DOSEN : ARI MUHARIF




KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Jakarta, Januari 2017



Penyusun














DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan …. 4
I. 1 Latar belakang … 4
    1. Rumusan Masalah 5
    2. Tujuan Masalah 5
Bab II Pembahasan
II.1 Pengertian Penderitaan ..... 6
II.2 Contoh – contoh penderitaan …............................................................... 7
II.3 Pengertian Siksaan …............................................................................... 9
II. 4 Pengertian Phobia dan macam – macam Phobia ….............................. 10
II. 5 Jenis siksaan psikis … 11
II. 6 Penyebab ketakutan mental …................................................................ 11
BAB III. 1 Penutup …....................................... 13
III.2 Saran ..... 13
Referensi …................................................................................................................... 14




















BAB I
PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang
Penderitaan adalah satu bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Disepakati bahwa penderitaan bermula saat Adam (manusia pertama) menginjakkan kakinya, dia harus merasakan penderitaannya untuk mencari Hawa di muka bumi karena mengabaikan perintah Tuhan untuk tidak memakan buah terlarang di Surga, yang diceritakan oleh beberapa kitab, sebuah tempat yang mengabulkan segala permintaan Adam dan Hawa. Adam harus bertahan hidup di bumi dan menyelesaikan segala permasalahan dengan tangannya sendiri. Penderitaan pun berjalan seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri. Di beberapa kitab suci, terdapat beberapa orang yang diangkat menjadi nabi / rasul namun tetap menerima ujian dari Yang Maha Kuasa. Lalu penderitaan pun diterima di masyarakat. Sama hal nya dengan kebahagiaan, orang – orang harus menerima penderitaan sebagai salah satu mata rantai yang tak terpisah. Bahkan beberapa masyarakat menganggap bahwa penderitaan merupakan awal dari kebahagiaan yang lebih besar.
Sebagai contohnya adalah peradaban Yunani. Peradaban Yunani memuja sikap kepahlawanan. Ada banyak cerita tragedi yang berkembang di dalam peradaban ini. Semua kiranya bertema satu hal, bahwa hidup penuh ketidakadilan dan penderitaan, namun manusia harus menghadapi semuanya dengan keberanian, ketulusan dan sikap pantang menyerah.
Di dalam tradisi Filsafat Eropa, sikap kepahlawanan ini direnungkan secara mendalam di dalam pemikiran Albert Camus, filsuf Prancis. Ia berpendapat, bahwa hidup manusia itu, pada dasarnya, absurd. Tidak ada makna di balik semua ini. Orang jahat tambah kaya dan berkuasa. Sementara, orang baik tetap miskin dan terhina. Absurd.
Ketidakadilan tampak sepanjang mata memandang. Anak kecil tak berdosa mati menggenaskan dihempas tsunami di Aceh, atau terkena bom teroris. Penyakit mematikan menggerogoti tubuh jutaan orang, tanpa ada obat yang bisa melawannya. Namun, ini bukan berarti, bahwa manusia harus menyerah. Sebaliknya, orang justru harus tegak berdiri, dan menghadapi segala yang terjadi dengan keberanian. Orang harus terus berjuang, walaupun ia sadar, bahwa ia akan kalah. Absurditas kehidupan haruslah dihadapi dengan tekad membara sekeras baja. Bahkan, Camus menyarankan, bahwa kita harus terus berusaha untuk mengerti dan mendapatkan manfaat di balik segala penderitaan yang kita alami.

    1. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan penderitaan?
b. Apa saja contoh – contoh penderitaan?
c. Apa yang dimaksud dengan siksaan?
d. Apa pengertian dari phobia dan apa saja macam – macam phobia?
e. Apa saja jenis dari siksaan yang bersifat psikis?
f. Apa yang menyebabkan ketakutan mental?
    1. Tujuan masalah
a. Agar pembaca dapat mengerti akan pengertian dari penderitaan
b. Agar pembaca tahu contoh – contoh penderitaan
c. Agar pembaca tahu pengertian dari siksaan
d. Agar pembaca tahu pengertian dari phobia dan macam – macamnya
e. Agar pembaca tahu jenis – jenis dari siksaan yang bersifat psikis
f. Agar pembaca mengetahui penyebab dari ketakutan mental








BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Pengertian Penderitaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia derita adalah sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung dalam hati. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta artinya menahan atau menanggung. Maka penderitaan  artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Penderitaan dalam kehidupan manusia sering terjadi seiring berkembangnya kehidupan manusia tersebut. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Semakin berkembangnya kehidupan manusia maka akan semakin kompleks juga penderitaan yang akan dihadapi manusia. Bagaimana cara manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya tersebut yang menjadi suatu penyelesaian masalah dalam hidupnya.
Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan. Manusia lebih menyukai kenikmatan. Sedangkan penderitaan sangat di hindarkan, dalam suatu kehidupan manusia. Seseorang pasti akan merasakan penderitaan bagaimanapun jenis dan bentuknya.
Penderitaan fisik yang dialami manusia tentu dapat diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkan penderitaan tersebut. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali lagi semuanya itu merupakan "resiko" pada sesoeorang yang hidup. Sehingga mau atau tidak, bahagia atau sengsara merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.
Penderitan dan kenikatan manusia/seseorang dengan menyukai atau tidaknya sesuatu. Jika manusia tersebut suka makan ia akan menikmati apa yang sedang dia rasakan. Sedangkan jika dia tidak menyukai maka dia akan merasa menderita dengan apa yang ia rasakan. Penderitaan yang selalu di hadapi oleh manusia bermanfaat untuk menjadi bahan instropeksi diri masing-masing manusia. Selain menjadi bahan instropeksi dapat pula menjadi suatu pengalam seseorang untuk menjadi manusia yang lebih bijak. Penderitaan tidak selalu merugika untuk yang merasakan. Mental seseorang sangat berperan penting untuk menghadapi penderitan yang sedang di alami. Selain mental yang kuat peran orang sekitar manusia juga sangat berperan untuk menyelesaikan penderitaan dan juga memberikan dorangan motivasi serta jalan keluar untuk menyelesaikan penderitaan seseorang.
II. 2 Contoh – contoh Penderitaan
Penderitaan terbagi menjadi dua golongan yaitu penderitaan secara fisik dan penderitaan secara batin (psikis). Penderitaan setiap orang berbeda – beda, tapi tetap saja, pada saat orang mengalami penderitaan baik secara fisik maupun secara psikis mereka tidak akan mengalami kebahagiaan, berikut adalah penderitaan yang dialami berdasarkan golongan usianya:
  1. Anak – anak
  • Perdagangan Anak (Human Trafficking)
Di negara Eropa dan Afrika banyak anak yang diculik kemudian diperdagangkan, tindakan ilegal ini banyak terjadi di kota – kota besar. Karena ketidakberdayaan anak untuk melawan kekerasan dan paksaan, maka anak – anak dibawah umur lah yang kerap kali menjadi incaran perdagangan. Pada kasus ini si anak yang menjadi korban akan mengalami penderitaan secara fisik maupun psikis.
  • Anak di Negara yang terjajah
Seperti yang diketahui negara di Timur Tengah selalu mengalami konflik dan perang yang berkepanjangan. Sehingga menimbulkan keterpaksaan pada anak dibawah umur untuk ikut berperang membela negara. Anak yang harusnya masih merasakan bangku sekolah kini harus berani memegang senjata demi memperjuangkan negaranya.
  • Korban Perceraian
Anak yang menjadi korban perceraian akan mengalami penderitaan secara batin (psikis) karna keharmonisan yang diharapkan untuk kedua orangtuanya sudah tidak ada lagi, si anak harus memilih salah satu diantara kedua orangtuanya, tentunya ini akan membingungkan dan memberatkan mental anak.
  • Kekerasan pada Anak (Child abuse)
Sekarang sering kali didapati banyak orangtua yang melimpahkan kekesalan dan kemarahannya pada Anak, sungguh sangat miris, para orangtua tersebut tidak segan – segan untuk memukul dan menghajar Anak hingga Anak tidak berdaya. Tentu Anak sudah mengalami penderitaan baik secara fisik maupun penderitaan batinnya.

  • Eksploitasi pada Anak
Sering sekali didapati di lampu merah banyak Anak – anak dibawah umur yang harusnya masih sekolah malah harus berjualan, yang sangat prihatin banyak Anak di lampu merah yang sudah berat membawa barang jualannya bahkan harus menggendong adiknya juga yang masih kecil, beban itu bahkan melebihi ukuran badannya yang kecil.
  1. Remaja
  • Di afrika dan nigeria, penderitaan dialami para remaja berumur 16-19 tahun. Dia dipaksa untuk menikah dengan para pemberontak di negara mereka.
  • Di negara berkembang, banyak remaja pria atau wanita yang bekerja menjadi tenaga kerja keluar negri untuk menafkahi keluarganya. Ini juga merupakan penderitaan bagi remaja tersebut. Dimana harusnya di usia produktif harusnya mengenyam pendidikan yang layak.
  • Selain itu, banyak remaja wanita jaman sekarang yang hamil diluar nikah. Inijuga merupakan suatu penderitaan. Dimana ia harus menerima dan merawat bayi yang dikandungnya sementara ia masih mengenyam bangku pendidikan. Belum lagi jika pihak laki tidak mau bertanggung jawab dan lari begitu saja.
  1. Orang Dewasa atau Orang Tua
  • Menganggur
Susahnya mencari pekerjaan pada orang dewasa dapat menimbulkan penderitaan batin bagi si pengganggur karena tidak dapat mencari nafkahnya sendiri.
  • Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Perselisihan yang terjadi antara suami dan istri terkadang dapat menimbulkan KDRT, peristiwa ini dapat menimbulkan penderitaan fisik dan penderitaan batin, bisanya hal ini banyak diderita oleh kaum wanita.
  • Ditinggal oleh Pasangan
Bagi orang dewasa yang ditinggal oleh pasangan secara bercerai maupun ditinggal karena meninggal akan mengalami penderitaan secara batin.

Itu adalah beberapa contoh penderitaan secara fisik maupun penderitaan secara batin yang dialami Orang dalam kehidupan sehari – hari berdasarkan usianya, masih banyak penderitaan lain yang saling berbeda yang dialami oleh setiap Orang, bahkan Anak kembar sekali pun memiliki penderitaan yang berbeda.
Selain penderitaan yang digolongkan berdasarkan usia, ada juga penderitaan yang digolongkan berdasarkan penyebabnya, berikut penderitaan yang dirasakan berdasarkan penyebabnya :
  1. Penderitaan karena Manusia
  • Perpisahan antara pasangan
Pasangan yang berpisah karena apa pun masalahnya akan menimbulkan penderitaan batin bagi yang ditinggalkan.
  • Bullying
Bullying biasanya sering terjadi dikalangan remaja, biasanya bullying itu berupa kekerasan ataupun pelecehan terhadap diri seseorang, biasanya remaja yang menjadi korban bullying enggan untuk masuk sekolah karena merasakan penderitaan fisik terutama penderitaan batin.
  • Penganiayaan
Banyak terjadi pada Asisten Rumah Tangga (ART) banyak ART yang disiksa dan dianiya karena kerjaanya tidak memuaskan, maka si ART tersebut telah mengalami penderitaan fisik.
  1. Penderitaan karena kehendak Tuhan
  • Orang yang sudah ditakdirkan dari lahir mangalami kecacatan, seperti tidak mempunyai kaki atau tangan, atau tidak bisa melihat.
  • Orang – orang yang harus mengungsi karena bencana alam seperti tsunami, dan gunung meletus.
II.3. Pengertian Siksaan
Siksaan atau penyiksaan digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit yang bertujuan menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasibalas dendamhukumansadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan.
Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata.
II.4 Pengertian Phobia
Kata “phobia” berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia merupakan suatu situasi dimana seseorang bertindak irasional  dan mempunyai ketakutan yang besar akan sesuatu. Biasanya seseorang  yang mempunyai phobia akan merasakan suatu ketakutan pada saat tertentu.
Phobia biasanya disebabkan oleh seseorang yang mengalami trauma masa lalu. Rasa trauma tersebut membekas didalam kesadarannya. Karena katakutan yang sangat, rasa truma ditekan samapai pada wilayah ketidaksadaran. Sampai dalam tahan ini, phobia yang menentukan. Meski berada di wilayah ketidaksadaran, rasa trauma ini sangat dominan mempengaruhi perilaku dan berfikir. Karena saking dominannya, kesadaran seseorang tak akan mampu untuk mengontrol trauma. Jadilah, trauma tersebut menjadi phobia yang menjangkiti teridap seumur hidunya.

Untuk beberapa kasus, phobia mudah untuk diketahui. Karena sifat dan bentuknya mudah untuk dikenali. Misalnya, phobia terhadap ruang sempit, orang yang phobia terhadap ruang sempit dapat disebut juga dengan claustrophobia. Biasanya orang yang mengalami claustrophobia tidak akan mau masuk ke fitting room, atau ruang – ruang sempit lainnya karena dia bisa saja mengalami sesak napas bahkan kejang karena ketakutan. Jadi, phobia bisa diketahui saat teridap menjumpai pada obyek, atau situasi yang ditakuti.




Secara umum, phobia terbagi menjadi 3 macam.

  • Pertama, ketakutan untuk ketika berada pada situasi dan berada ditengah-tengah masyarakat. Rasa takut itu muncul saat berinteraksi dengan orang lain.
  • Kedua, phobia yang muncul ketika berada di suatu tempat tertentu. Baik berada di dalam atau diluar ruangan. Seperti pada contoh yang dijelaskan diatas.
  • Yang ketiga, phobia terhadap benda atau makhluk hidup. Seperti phobia dengan kucing yang biasa disebut dengan Ailurophobia
II. 5 Jenis – jenis Siksaan yang Bersifat Psikis
Tiga Siksaan bersifat Psikis :
  • Kebimbangan
Siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan pilihan yang mana akan meraka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat membuat psikis manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat sulit.
  • Kesepian
Merupakan perasaan sendiri yang amat sangat tidak diinginkan oleh setiap manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial ,hidup bersama dan tidak hidup seorang diri. Faktor ini dapat mengakibatkan depresi kejiwaan yang berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa rohani manusia.
  • Ketakutan
Suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang ditakuti oleh manusia.Rasa takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat mendalam. Dampaknya manusia bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia berkejatuhan mental.
II. 6 Penyebab Seseorang Ketakutan
  • Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup.
  • Agoraphobia adalah rasa takut yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka
  • Gamang merupakan ketakutan bila seseorang di tempat yang tinggi. Hal itu disebabkan karena ia takut akibat berada di tempat yang yang tinggi, misalnya seseoarang harus melewati jembatan yang sempit, sedangkan dibawahnya air yang mengalir, atau seseoprang takut meniti dinding tembok dibawahnya.
  • Kegelapan merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang gelap. Sebab dalam pikirannya dalam kegelapan demikian akan muncul sesuatu yang ditakuti, misalnya setan, pencuri, orang yang demikian menghendaki agar ruangan tempat tidur selalu dinyalakan lampu yang terang .
  • Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit misalnya yang dialami seseorang yang takut diinjeksi, ia sudah berteriak-teriak sebelum jarum injeksi ditusukkan kedalam tubuhnya,Hal itu disebabkan karena dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan kesakitan
  • Kegagalan seseorang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang yang patah hati tidak mudah untuk bercinta lagi, karena takut dalam percintaan berikutnya juga akan terjadi kegagalan, trauma yang pernah dialaminya telah menjadikan dirinya ketakutan kalau sampai terulang lagi.
  • Takut Dengan Masa Depan, keadaan dimana seseorang takut dengan keadaannya yang akan terjadi di masa yang akan datang, takut jika keinginannya tidak bisa terpenuhi di masa yang akan datang.
  • Takut Kematian, semua orang tentu takut pada kematian, takut jika semasa hidupnya dia belum bisa berbuat apa – apa tapi sudah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa, takut belum mempunyai bekal di akhirat nanti.
  • Takut Kehilangan Orang Yang Dicintai, manusia sejatinya memiliki pasangan, keluarga, dan kerabat yang sangat disayangi, banyak ketakutan yang timbul pada manusia jika mereka kehilangan orang yang dicintai maka orang tersebut akan merasa tersiksa dan sulit menjalani hari – harinya.






BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Penderitaan sama juga dengan kebahagiaan adalah dua sisi tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, tercatat banyak cerita akan penderitaan manusia, dari pemerkosaan, penipuan, pencurian,perbudakan dan lainnya lagi. Namun di balik cerita penderitaan yang tiada henti tersebut, terdapat orang – orang yang berhasil bertahan hidup bahkan melawan segala penderitaan yang menimpanya. Hingga akhirnya orang – orang tersebut menjadi panutan masyarakat dan pembelajaran bagi peradaban setelahnya untuk tidak mengulangi hal yang sama kembali. Setiap kisah merupakan mata rantai untuk cerita selanjutnya dalam bayangan kehidupan ideal yang dimimpikan oleh setiap manusia. Namun kehidupan ideal setiap manusia berbeda dengan manusia lainnya sehingga muncullah pertikaian dan perselisihan, dan selama manusia bernafas, sifat ketidak puasan manusia akan selalu ada, dan penderitaan pun terus terjadi karena keinginan manusia yang terkadang berbenturan dengan kenyataan. Setiap lapisan masyarakat baik muda dan tua pun akan tetap menghadapi penderitaan.
Salah satu contoh penderitaan adalah phobia dan ketakutan. Ketakutan tercipta dari ketidaksukaan seseorang akan sebuah situasi atau benda dan makhluk hidup yang punya potensi untuk mengancamnya, dan phobia adalah ketakutan yang berlebihan atas hal – hal khusus yang tidak disukai penderitanya.
Dalam menghadapi penderitaan, masyarakat pun berkembang. Di era modern saat ini, banyak diberikan penghargaan kepada individu yang berhasil bertahan dari penderitaan atau bahkan melawannya dan menjadi contoh bagi masyarakat. Penghargaan tersebut menjadi prestise, penawar, bahkan tujuan hidup bagi tiap penerimanya. Tapi selain itu, yang paling penting penghargaan tersebut menjadi simbol bahwa penderitaan bukanlah hal yang harus ditakuti tetapi harus dihadapi dan diterima sebagai bagian dari kehidupan yang membuat manusia tumbuh.
III. 2 Saran
Saran-saran yang dapat penulis berikan antara lain :
a. Kepada pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi meningkatkan kualitas tulisan penulis
b. Kepada rekan-rekan mahasiswa untuk dapat menerapkan pengetahuan yang diberikan dalam makalah ini dalam kehidupan demi kebaikan masyarakat.


Referensi :


Thursday, December 15, 2016

IBD. Budaya Organisasi dan Kepemimpinan. Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Perusahaan PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia.




MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR


PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DI PT. PEI HAI INTERNATIONAL WIRATAMA INDONESIA”






DISUSUN OLEH :
DEA FITRI ANTHIKA (11216743)
WENNI SAHARA (17216613)
NUGRAHA SYAHPUTRA (15216517)
ALFI KHOERUN NATIK (10216552)


KELAS 1EA31
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
DOSEN : ARI MUHARIF








KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Jakarta, Desember 2016



Penyusun




















DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar
Bab I Pendahuluan
I. 1 Latar belakang
    1. Rumusan Masalah
    2. Tujuan Masalah
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1 Pengertian Budaya Organisasi
II.2 Kepemimpinan
II.3 Kinerja Karyawan
II.4 Hipotesis
Bab III Isi
III. 1 Pengertian Perusahaan Multinasional
III. 2 Hubungan antara Budaya Organisasi dan Kepemimpinan
III. 3 Tipe Budaya Organisasi
III. 4 Membentuk Budaya Organisasi yang kuat
III. 5 Kepemimpinan
III. 5. 1 Latar Belakang Filosofi Kepemimpinan
III. 5. 2 Perilaku dan Gaya Kepemimpinan
III. 5. 3 Teori Kepemimpinan Situasional
  1. 6 Analisa
III. 6. 1 Karakteristik Respoden
III. 6. 2 Hasil Penelitian
Bab IV Penutup
iV. Kesimpulan
Bab V Daftar Pustaka










BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang
Dalam era pasar bebas, akan semakin banyak perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di pasar domestik. Demikian sebaliknya, perusahaan domestik akan berusaha memasuki pasar asing untuk beroperasi. Perdagangan internasional biasanya merupakan tahap awal dari operasi internasional yang lainnya seperti usaha patungan, penanaman modal asing dan sistem lisensi. Jenis perusahaan yang digunakan untuk melakukan transaksi internasional tersebut adalah Perusahaan Multinasional. Dengan hadirnya perusahaan multinasional tentu memberikan keuntungan tersediri bagi kehidupan ekonomi suatu negara seperti memberikan pemasukan dalam sektor pajak dan mampu menyerap tenaga kerja. Perusahaan multinasional yang memiliki pendapatan kotor yang sangat besar dapat menyerap banyak orang untuk bekerja di dalamnya, sehingga terciptalah keanekaragaman pekerjanya. Orang – orang yang bekerja di perusahaan multinasional sebagian adalah mereka yang berasal dari negara asal multinasional tersebut, biasanya berada di posisi tinggi, seperti direksi, dewan direksi, kepala staff, kepala bagian, dsb, dan sebagiannya lagi adalah orang-orang di tempat perusahaan multinasional tersebut berbeda. Keanekaragaman para pekerja di multinasional menciptakan kompleksitas tersendiri karena mereka berbeda secara budaya dan latar belakang.
Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah PT Pei Hai International Group. PT Pei Hai International Group adalah perusahaan manufaktur sepatu yang dibangun dari tahun 1976 di Taiwan dan mengembangkan pabriknya di Vietnam dan Indonesia. Di Indonesia sendiri pabrik manufaktur sepatu PT. Pei Hai berada di Jombang dan Surabaya. Besarnya kuantitas pekerja di PT Pei Hai menyebabkan akan kebutuhan atas pengorganisasian dan pengaturan yang dapat mencangkup segala aspek hingga yang terbawah dan menyatukan perbedaan budaya kerja tiap-tiap karyawannya. Banyak di antara perusahaan yang mengalami penurunan usaha karena terpaku hanya pada kegiatan operasional saja tanpa memperhatikan sumber daya manusia yang dimiliki. Kekuatan sumber daya manusia dibentuk oleh sifat dan karakter yang berbeda dari tiap individu yang dituangkan dalam bentuk penyatuan pandangan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Untuk memberi pandangan yang sama bagi sumber daya manusia dalam organisasi, perlu dibentuk suatu aturan main dalam dalam bentuk budaya perusahaan yang merupakan pengikat dalam bertindak dan mencerminkan ciri khas organisasi, sehingga anggota organisasi seperti orang yang berbaris menuju satu tujuan.
Dalam perkembangannya budaya organisasi pertama kali dikenal di Amerika dan Eropa pada tahun 1970-an. Di Indonesia budaya organisasi mulai dikenal pada tahun 80an – 90an. Memahami konsep budaya organisasi bukanlah sesuatu yang mudah dan belum adanya kesepakatan konsep atas budaya organisasi ini yang munculnya pemahaman yang bervariasi dan kontroversi.
Selain budaya organisasi terdapat faktor lain yang krusial dalam sebuah perusahaan multinasional yaitu kepemimpinan. Menyatukan segala aspek ke satu kepemimpinan adalah hal yang sulit namun bukan berarti tidak mungkin terjadi. Terdapat banyak contoh kepemimpinan yang dapat ditiru untuk bisa mengembangkan perusahaan.
Melihat betapa pentingnya peranan budaya organisasi dan kepemimpinan dalam perusahaan multinasional, maka kami pun memberi judul untuk topik makalah ini yaitu “Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perusahaan di PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia”


I. 2 Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perusahaan multinasional, ciri – ciri dan contohnya?
b. Bagaimana hubungan antara budaya organisasi dan kepemimpinan?
c. Apa saja tipe budaya organisasi?
d. Bagaimana membentuk budaya organisasi yang kuat?
e. Apa saja latar belakang filosofi kepemimpinan?
f. Apa saja perilaku dan gaya kepemimpinan?
g. Apa yang dimaksud dengan teori kepemimpinan situasional ?
h. Bagaimana pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia?
I. 3 Tujuan Masalah
a. Agar pembaca dapat mengetahui arti, ciri – ciri dan contoh dari perusahaan multinational
b. Agar pembaca dapat mengetahui hubungan antara budaya organisasi dan kepemimpinan
c. Agar pembaca dapat mengetahui berbagai tipe budaya organisasi
d. Agar pembaca dapat mengetahui cara membentuk budaya organisasi yang kuat
e. Agar pembaca dapat mengetahui latar belakang filosofi dari kepemimpinan
f. Agar pembaca dapat mengetahui macam perilaku dan gaya kepemimpinan
g. Agar pembaca dapat mengetahui tentang teori kepemimpinan nasional
h. Agar pembaca dapat mengetahui pengaruh antara budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di perusahaan PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Budaya Organisasi
Pengertian Budaya Organisasi (menurut Richard M. Hodgetts (2006: hal.154)) di definisikan sebagai nilai-nilai yang di bagikan dan dipercayai yang memampukan para anggota organisasi untuk mengerti peran mereka dan norma-norma dari organisasi.
Sejumlah karakteristik penting yang terkait dengan telah di ringkaskan sebagai berikut:
1. Perilaku reguler yang diamati, yang dipahami sebagai bahasa, terminologi dan ritual yang telah terbiasa digunakan.
2. Norma-norma yang di cerminkan dengan hal-hal seperti sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dan tingkat kerjasama antara manajemen dan para karyawan.
3. Nilai-nilai yang dominan yang ditangani oleh Perusahaan dan diharapkan oleh para peserta di dalamnya untuk dibagikan, seperti misalnya barang atau jasa yang berkualitas tinggi, tingkat ketidak hadiran yang rendah, dan efisiensi yang tinggi.
4. Sebuah filosofi yang telah di tetapkan dan dipercaya pada perusahaan-perusahaan multi nasional mengenai bagaimana karyawan dan pelanggan harus diperlakukan.
5. Peraturan-peraturan disampaikan kepada karyawan mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan berkenaan dengan hal-hal seperti produktifitas, hubungan pelanggan, dan kerjasama antar group dalam Perusahaan.
6. Iklim organisasi, atau keseluruhan atmosfir perusahaan yang di refleksikan oleh para partisipan ketika berinteraksi satu sama lain, perilaku diri mereka dengan pelanggan, dan bagaimana mereka merasa diperlakukan oleh manajemen.
II. 2 Teori Organisasi
Organisasi berdasarkan teori berkembang melalui beberapa tahapan, yaitu :
a. Teori Organisasi Klasik
Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga “teori mesin”. Berkembang mulai 1800-an (abad 19). Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreatifitas. Dalam teori ini organisasi digambarkan seperti tut piano dimana masing-masing nada mempunyai spesialisasi, dimana apabila tiap nada dirangkai maka akan tercipta lagu yang indah begitu juga dengan organisasi. Dikatakan teori mesin karena organisasi ini menganggap manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap saat bisa dipasang dan digonta-ganti sesuai kehendak pemimpin.
Definisi Organisasi menurut Teori Klasik :
Organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan-kejuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain apabila orang bekerja sama. Teori Organisasi klasik sepenuhnya menguraikan anatomi organisasi formal. Empat unsur pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal:
1. Sistem kegiatan yang terkoordinasi
  1. Kelompok orang
  2. Kerjasama
  3. Kekuasaan & Kepemimpinan

Sedangkan menurut penganut teori klasik suatu organisasi tergantung pada empat kondisi pokok: Kekuasaan, Saling melayani, Doktrin, Disiplin. Sedangkan yang dijadikan tiang dasar penting dalam organisasi formal adalah:
1. Pembagian kerja (untuk koordinasi)
2. Proses Skalar & Fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal)
3. Struktur (hubungan antar kegiatan)
4. Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan).

b. Teori Organisasi Neoklasik
Teori Neoklasik secara sederhana dikenal sebagai aliran hubungan manusiawi (The Human Relation Movement). Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Howthorne dan dari tulisan Huga Munsterberg. Percobaan-percobaan ini dilakukan dari tahun 1924 sampai 1932 yang menandai permulaan perkembangan teori hubungan manusiawi dan merupakan kristalisasi teori neoklasik. Pada akhirnya percobaan Howthorne menunjukkan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangat berpengaruh pada operasi organisasi. Dalam hal pembagian kerja, teori neoklasik mengemukakan perlunya hal-hal sebagai berikut :

  1. Partisipasi
  2. Perluasan kerja
  3. Manajemen bottom-up

c. Teori Organisasi Modern
Teori modern biasanya disebut juga sebagai analisa sistem pada organisasi. Teori modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka. Teori modern dikembangkan tahun 1950, dalam banyak hal yang mendalam teori modern dengan klasik berbeda, perbedaan tersebut diantaranya :
Teori Klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi, membicarakan konsep koordinasi, scalar dan vertikal. Teori Modern menekankan pada perpaduan dan perancangan menjadikan pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh, lebih dinamis dan lebih banyak variabel yang dipertimbangkan.
Teori modern adalah multidisiplin dengan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Teori modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka. Interaksi dinamis antar proses, bagian dan fungsi dalam suatu organisasi, maupun dengan organisasi lain dan dengan lingkungan.
Suatu organisasi merupakan suatu proses yang tersusun para individu saling mempengaruhi untuk berbagai tujuan. Dalam Pendekatan Modern menyatakan bahwa yang dimiliki saat ini bukan teori mengenai organisasi tetapi way of thinking atau cara berfikir mengenai organisasi, cara melihat dan menganalisis secara lebih tepat dan mendalam, yang dilakukan melalui keteraturan atau regularitas perilaku organisasi, yang hanya berlaku untuk suatu lingkungan atau kondisi tertentu.
Dasar Pemikiran Teori Organisasi Modern, yaitu:
  1. Teori klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi, sasaran organisasi dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sesuai hakikat pekerjaannya.
  2. Teori Modern menekankan pada perpaduan dan perancangan,menyediakan pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh.
  3. Ilmu pengetahuan klasik telah membicarakan konsep koordinasi,
    skalar dan vertikal.
Karakteristik Teori Modern, antara lain:
  1. Kadang-kadang disebut analisis sistem organisasi,
  2. Mempertimbangkan semua elemen, organisasi,
  3. Memandang organisasi sebagai suatu sistem,
  4. Penyesuaian diri agar organisasi itu dapat bertahan lama dalam hidupnya, harus disesuaikan dengan perubahan lingkungannya,
  5. Organisasi dan lingkungannya harus dilihat sebagai sesuatu yang saling ketergantungan.

II. 2 Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan menurut para ahli adalah
a. Sarros dan Butchatsky (1996), kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut .
b. Ordway Tead, Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya.
c. Stogdil, Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atas sekelompok seseorang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.




  1. 3 Kinerja Karyawan
Kinerja setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk aktivitas. Kemampuan bertindak itu dapat diperoleh manusia baik secara alami (ada sejak lahir) atau dipelajari. Walaupun manusia mempunyai potensi untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada saat-saat tertentu saja. Potensi untuk berperilaku tertentu itu disebut ability (kemampuan), sedangkan ekspresi dari potensi ini dikenal sebagai performance (kinerja). Hasibuan dalam Sujak (1990) dan Sutiadi (2003:6) mengemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Dengan kata lain bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Selanjutnya As’ad dalam Agustina (2002) dan Sutiadi (2003:6) mengemukakan bahwa kinerja seseorang merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan seseorang dalam melakukan tugas pekerjaannya. Ada 3 (tiga) faktor utama yang berpengaruh pada kinerja yaitu individu (kemampuan bekerja), usaha kerja (keinginan untuk bekerja), dan dukungan organisasional (kesempatan untuk bekerja). Cash dan Fischer (1987) dalam Thoyib (2005:10) mengemukakan bahwa kinerja sering disebut dengan performance atau result yang diartikan dengan apa yang telah dihasilkan oleh individu karyawan. Kinerja Brahmasari: Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi 129 dipengaruhi oleh kinerja organisasi (organizational performance) itu sendiri yang meliputi pengembangan organisasi (organizational development), rencana kompensasi (compensation plan), sistem komunikasi (communication system), gaya manajerial (managerial style), struktur organisasi (organization structure), kebijakan dan prosedur (policies and procedures). Robbins (2003) dalam Thoyib (2005:10) mengemukakan bahwa istilah lain dari kinerja adalah human output yang dapat diukur dari produktivitas, absensi, turnover, citizenship, dan satisfaction. Sedangkan Baron dan Greenberg (1990) dalam Thoyib (2005:10) mengemukakan bahwa kinerja pada individu juga disebut dengan job performance, work outcomes, task performance. Brahmasari (2004:64) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi yang dapat berbentuk output kuantitatif maupun kualitatif, kreatifitas, fleksibilitas, dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan oleh organisasi. Penekanan kinerja dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, juga dapat pada tingkatan individu, kelompok ataupun organisasi. Manajemen kinerja merupakan suatu proses yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu, sehingga kedua tujuan tersebut bertemu. Kinerja juga dapat merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu dan dapat diukur.
II. 4 Hipotesis
Untuk mengetahui betapa signifikan sebuah budaya organisasi dan kepemimpinan dalam kinerja perusahaan, maka pertama – tama kita bentuk hipotesisnya terlebih dahulu
H1 : Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
H2 : Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan




























BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Pengertian, Ciri – ciri, dan contoh Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global.
Ciri – ciri perusahaan multinasional adalah
1. Lingkup kegiatan income generating (perolehan pendapatan) perusahaan multinasional melampau batas-batas Negara;
2. Perdagangan dalam perusahaan multinasional kebanyakan terjadi di dalam lingkup perusahaan itu sendiri, walaupun antarnegara;
3.Control terhadap pemakaian teknologi dan modal sangat diutamakan mengingat kedua faktor tersebut merupakan keuntungan kompetitif perusahaan multinasional;
4. Pengembangan system managemen dan distribusi yang melintasi batas-batas Negara, terutama sistem modal ventura, lisensi dan franchise.
Contoh perusahaan multinasional adalah Dunkin Donuts (makanan), AT & T (telekomunikasi), Honda (kendaraan bermotor), Nestle, Jhonson and Jhonson (farmasi) dan lain sebagainya. Dalam makalah ini perusahaan multinasional yang akan dibahas adalah PT. Pei Hai International Wiratama.
III. 2 Hubungan antara Budaya Organisasi dan Kepemimpinan
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diindentifikasikan, bekerja secara terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). Akibat terjadinya interaksi dengan karakteristik masing- masing serta banyak kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola perilaku, dan etika kerja, yang kesemuanya akan mencirikan kondisi suatu organisasi. Sehingga setiap individu dalam organisasi tidak lepas dari hakekat nilai-nilai budaya yang dianutnya, yang akhirnya akan bersinergi dengan perangkat organisasi, teknologi, sistem, strategi dan gaya hidup kepemimpinan. Sehingga pola Interaksi sumber daya manusia dalam organisasi harus diseimbangkan dan diselaraskan agar oganisasi dapat tetap eksis. Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinan). Bila pimpinan mampu melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buah. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan dalam perusahaan turut berperan penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Sebagaimana dituliskan Mangkunegara (2009:14) bahwa:
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang dalam organisasi.”
Keberhasilan seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki akan menunjang terbentuknya suatu gaya kepemimpinan yang efektif. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin membawa pengaruh besar terhadap kelangsungan kegiatan dan perkembangan perusahaan.
Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dari keberhasilan atau kegagalan organisasi (Bass: 1990 dalam Menon:2002) demikian juga keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin menjadi faktor yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Hal ini akan membawa konsistensi bahwa setiap pemimpin berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan, mengarahkan semua potensi karyawan dilingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan. Pimpinan perlu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap karyawan agar dapat meningkatkan kinerja dan menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi. Ketika pemimpin menunjukkan kepemimpinan yang baik, para karyawan akan berkesempatan untuk mempelajari perilaku yang tepat untuk berhadapan dengan pekerjaan mereka.
III. 3 Tipe Budaya Organisasi
Tipe-tipe budaya Perusahaan Fons Trompenaars dalam bukunya Riding the Waves of Culture (1994; h.154), membagi empat ciri khas tipe Budaya Perusahaan. Dalam praktik sehari-hari, Budaya Perusahaan tidak selalu dapat di golongkan secara tepat dalam empat tipe Budaya Perusahaan ini, namun dapat membantu kita menguji dan memahami bagaimana individu berhubungan satu dengan lainnya, berpikir, belajar, berubah, termotivasi, dan mengatasi konflik atau masalah.
1. Budaya Keluarga: budaya yang karakteristik nya sangat kuat menekankan pada hirarki dan orientasi kepada manusia (people oriented). Dalam budaya ini, karyawan bukan hanya menghormati individu yang berwenang, namun juga meminta bimbingan/tuntunan dan persetujuan dari orang tersebut. Dalam hal ini manajemen mengasumsikan hubungan patrilineal dengan karyawan, menjaga karyawan, dan memastikan bahwa mereka diperlakukan dengan baik serta hubungan kerja yang berkelanjutan.
2. Budaya Menara Eiffel: budaya yang karakteristik nya yang sangat kuat menekankan kepada hirarki dan berorientasi kepada tugas. Dibawah budaya perusahaan ini, pekerjaan-pekerjaan di definisikan secara baik, karyawan memahami apa yang harus mereka lakukan, dan semua di kordinasikan dari atas. Sebagai hasilnya, budaya perusahaan ini – sama seperti Menara Eiffel – bentuknya meruncing, kecial diatas, dan besar/luas dibagian bawah.
3. Budaya Peluru Kendali: budaya yang karakteristik nya sangat kuat menekankan mengenai persamaan di tempat kerja dan berorientasi kepada tugas. Budaya perusahaan ini berorientasi pada pekerjaan, yang biasanya ditangani oleh team atau grup-grup proyek. Berbeda dengan budaya Menara Eiffel, karyawan dalam budaya Peluru Kendali melakukan apapun yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pekerjaan diselesaikan.
4. Budaya Inkubator: budaya yang karakteristik nya sangat kuat dalam hal persamaan dan berorientasi kepada manusia. Budaya ini didasarkan pada anggapan bahwa peran dari organisasi untuk melayani sebagai inkubator bagi ekspresi-diri, dan pemenuhan diri masingmasing anggota perusahaan; sebagai hasilnya, jenis perusahaan ini tidak terlalu memiliki struktur yang formal.


  1. 4 Membentuk budaya organisasi yang kuat
Budaya organisasi yang kuat akan membantu perusahaan memberikan kepastian bagi seluruh sumber daya manusia untuk berkembang bersama perusahaan dan bersama-sama meningkatkan kegiatan usaha dalam menghadapi persaingan, walaupun tingkat pertumbuhan dari masing-masing individu sangat bervariasi. Oleh karena itu, untuk menjadikan budaya perusahaan itu menjadi kuat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu:

1. Penyebaran nilai-nilai budaya
2. Penyebaran nilai-nilai budaya lebih efektif dengan menjalankan orientasi tugas dan penghargaan atas prestasi kerja yang dicapai sumber daya manusia. Pada dasarnya penyebaran nilai-nilai budaya ini ditujukan agar seluruh sumber daya manusia yang ada di perusahaan mengetahui secara jelas apa nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya organisasi tersebut.
3. Tingkat komitmen anggota organisasi terhadap inti dari nilai-nilai yang ada (core value)
Komitmen karyawan terhadap nilai-nilai inti dari budaya organisasi dapat tumbuh seiring dengan penghargaan dari prestasi yang diraihnya, dalam prosedur yang telah digariskan perusahaan akan menimbulkan semangat untuk meningkatkan prestasi kerjanya dengan lebih baik.







III.5 Kepemimpinan
III.5.1 Latar Belakang Filosofi Kepemimpinan
Pelopor teori kepemimpinan, Douglas McGregor menyebutkan dua jenis asumsi kepemimpinan dalam mengarahkan anak buah mereka dengan cara yang paling efektif. Dikenal dengan Teori X dan Y.
1. Pemimpin yang menganut Teori X: Pemimpin yang percaya bahwa orang pada dasarnya adalah malas, dan oleh karena itu tindakan disiplin dan hukuman harus diterapkan agar mereka bekerja.
2. Pemimpin yang menganut Teori Y: Pemimpin yang percaya bahwa dalam kondisi yang tepat, orang tidak hanya akan bekerja keras, namun juga akan mencari tanggung jawab yang lebih serta tantangan.
William Ouchi menawarkan tambahan perspektif filosofi kepemimpinan, yang disebutkan sebagai “Teori Z”, hal tersebut menggabungkan bersama Teori Y dan teknik manajemen Jepang modern. Manajer Teori Z percaya bahwa pekerja mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam manajemen dan termotivasi oleh kerja team serta pembagian tanggung jawab (William Ouchi, Theory Z: How American Management Can Meet the Japanese Challenge, New York: Addison-Wesley; 1981).

III.5.2 Perilaku Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
Menurut Hodgetss (2006: h.400) Pola perilaku Kepemimpinan dapat diterjemahkan ke dalam tiga gaya kepemimpinan yang secara umum dikenal sebagai berikut:
  1. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership): adalah menggunakan perilaku yang berpusat kepada pekerjaan, yang di rancang untuk memastikan pemenuhan pekerjaan. Tipe kepemimpinan ini biasanya menggunakan cara komunikasi satu arah, dari manajer kepada anak buahnya
  2. Kepemimpinan Paternalistik (Paternalistic leadership): adalah menggunakan perilaku yang berpusat kepada pekerjaan namun dibarengi dengan hal yang mementingkan dan memperhatikan hal-hal yang berpusat kepada karyawan.
  1. Kepemimpinan Partisipatif (Participative leadership): adalah menggunakan pendekatan baik perilaku yang berpusat kepada pekerjaan, dan perilaku yang berpusat kepada orang. Participative leaders biasanya mendorong orang-orang mereka untuk memainkan peran yang aktif dalam mengontrol pekerjaan mereka; dan biasanya wewenang sangat di desentralisasi.

III.5.3 Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership Theory)
Jerald Greenberg (“Behavior in Organisations”, 2008: h.522) menyampaikan hasil penelitian para peneliti mengenai teori Kepemimpinan Situasional. Teori ini menyarankan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif – baik dalam hal pendelegasian, partisipasi, menjual ide, atau menyampaikan – tergantung dari sejauh mana pengikut membutuhkan bimbingan dan pengarahan, dan dukungan emosional. Pemimpin menjadi efektif saat mereka memilih gaya kepemimpinan yang tepat sesuai dengan situasi yang mereka hadapi (Hersey, P. & Blanchard, K.H. (1988), Management of organizational behavior. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall). Secara spesifik hal ini akan tergantung dari kedewasaan para pengikut – yaitu, kesiapan mereka dalam menerima tanggung jawab untuk perilaku mereka sendiri. Hal ini, pada gilirannya berdasar pada dua variabel, yaitu (1) perilaku tugas (task behavior) tingkatan dimana para pengikut memiliki pengetahuan atas pekerjaan dan keahlian yang sesuai – yaitu, kebutuhan mereka akan bimbingan dan pengarahan; dan (2) perilaku hubungan (relationship behavior) tingkatan dimana para pengikut bersedia untuk bekerja tanpa menerima pengarahan dari orang lain – yaitu kebutuhan mereka akan dukungan emosional.
Dalam kepemimpinan situasional, pemimpin juga harus melihat tingkat kematangan (maturity) Tingkat kematangan karyawan , diartikan sebagai tingkat kemampuan karyawan untuk bertanggung jawab dan mengarahkan perilakunya dalam bentuk kemauan. Berdasarkan tingkat kematanganya, menurut Hersey and Blancard ada empat jenis karyawan, yaitu: (1) karyawaan yang tidak mampu dan tidak mau, (2) karyawaan yang tidak mampu, tetapi mau, (3) karyawaan yang mampu, tetapi tidak mau, (4) karyawan yang mampu dan mau. Berikut adalah respons pemimpin dalam mengelola kinerja berdasarkan tingkat kematangan karyawan.
Mengarahkan (telling)
Dalam situasi seperti ini Hersey and Blancard menyarankan agar pemimpin memainkan peran directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, tanpa mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara pimpinan dan bawahan.
Menjual (selling)
Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba melakukannya, pemimpin juga harus memproporsikan struktur tugas dengan tanggungjawab karyawan. Selain itu, pemimpin harus menemukan hal-hal yang menyebabkan karyawan tidak termotivasi, serta masalah-masalah yang dihadapi karyawan. Pada kondisi karyawan sudah mulai mampu mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik, akan memicu perasaan timbulnya over confident. Kondisi ini, memungkinkan karyawan menghadapi permasalahan baru yang muncul. Masalah-masalah baru yang muncul tersebut, seringkali menjadikannya putus asa. Oleh karena itu, setelah memberikan pengarahan, pemimpin harus memerankan gaya menjual. Dengan mengajukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Menggalang partisipasi (participation)
Gaya kepemimpinan partisipasi, adalah respons pemimpin yang harus diperankan ketika tingkat kemampuan karyawan akan tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab, karena ketidakmauan atau ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tanggung jawab seringkali disebabkan karena kurang keyakinan. Dalam kasus seperti ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendegarkan mendukung usaha-usaha yang dilakukan para bawahan/pengikutnya.
Mendelegasikan (delegating)
Selanjutnya, untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan yang tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya “delegasi”. Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya. Mereka diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana, kapan dan dimana pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya delegasi ini tidak terlalu diperlukan komunikasi dua arah.


III. 6 Analisa
Karena keterbatasan waktu, kami mengambil dan memberikan data sample dan hasil penelitian dari tim peneliti sebelumnya. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/17039/17003.
Populasi dalam penelitian ini menurut jenisnya merupakan populasi yang terbatas dan menurut sifatnya merupakan populasi yang homogen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia di Surabaya dan Jombang sejumlah 1.737 orang pegawai.


III.6.1 Karakteristik Responden
a. Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan gambaran dari keberadaan responden yang terlibat dalam penelitian yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, masa kerja, dan status bekerja. Dari seluruh sampel karyawan sejumlah 325 orang yang diteliti, semuanya dapat mengisi dan mengembalikan kuisioner yang diberikan. Karakteristik responden penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mayoritas, yaitu 191 (58,8%) responden adalah wanita.
2) Mayoritas, yaitu 115 (35,4%) responden berusia antara 46-55 tahun.
3) Sebagian besar, yaitu 167 (51,4) responden berpendidikan SLTA.
4) Sebanyak 314 (96,6%) responden adalah pegawai tetap.
Masa kerja responden, yaitu bekerja < 1 tahun sebanyak 31 orang atau 9.5 %, antara 1-3 tahun sebanyak 41 orang atau 12.6 %, antara 3–5 tahun sebanyak 64 orang atau 19.7%, dan > 5 tahun sebanyak 189 orang atau 58.2%




















III.6.2 Hasil penelitian
No
Simbol
Variabel Penelitian
Mean
Kategori
1
X
Kepemimpinan
4220
Baik
2
Y
Budaya Organisasi
4668
Kuat
3
Z
Kinerja Perusahaan
4572
Tinggi


a. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Perusahaan
Hipotesis 1: Kepemimpinan (X) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Z)
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, artinya kepemimpinan merupakan suatu upaya untuk memengaruhi banyak orang melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi diharapkan dapat menimbulkan perubahan positif berupa kekuatan dinamis yang dapat mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan jika diterapkan sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan kedua belah pihak sesuai dengan jabatan yang dimiliki. (Brahmasari: Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi 133) . Hasil penelitian ini mendukung beberapa pendapat dan teori tentang kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu Sarros dan Butchatsky (1996), Ordway Tead, dan Stogdil.


b. Pengaruh Budaya Organisasi (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z)
Hipotesis 2: Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, artinya budaya organisasi yang merupakan hasil dari interaksi ciri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi kelompok-kelompok orang dalam lingkungan organisasinya, akan membentuk suatu persepsi subyektif keseluruhan mengenai organisasi berdasarkan pada faktor-faktor seperti toleransi resiko, tekanan pada tim, dan dukungan orang, persepsi keseluruhan ini akan menjadi budaya atau kepribadian organisasi tersebut yang mampu mendukung dan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dan kinerja perusahaan serta dampak yang lebih besar pada budaya yang lebih kuat. Hasil penelitian ini mendukung beberapa pendapat dan teori tentang budaya organisasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: Marcoulides dan Heck (1993) dalam Brahmasari (2004:16); Schein dalam Tika (2006:2); Deal dan Kennedy (1982) dalam Tika (2006:16); Robbins (2001:528) dalam Koesmono (2005:79).
















































BAB IV
PENUTUP


IV. 1 Kesimpulan
Budaya organisasi dan kepemimpinan adalah faktor krusial yang tidak dapat terpisahkan dari majunya suatu perusahaan, terutama perusahaan yang memiliki kuantitas produksi yang besar seperti perusahaan multinasional. Dari berbagai pengertian dan macam budaya organisasi dan kepemimpinan, kita dapat memilih tipe mana yang cocok untuk perusahaan. Sebagai contoh dalam PT. Pei Hai International Wiratama, budaya organisasi dan kepemimpinan ternyata memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan perusahaan mereka. Apabila kinerja karyawan perusahaan baik maka perusahaan pun akan mendapatkan dampak yang positif juga.






























BAB V
DAFTAR PUSTAKA




























DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar
Bab I Pendahuluan 1
I. 1 Latar belakang
    1. Rumusan Masalah
    2. Tujuan Masalah
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1 Pengertian Budaya Organisasi
II.2 Kepemimpinan
II.3 Kinerja Karyawan
II.4 Hipotesis
Bab III Isi
III. 1 Pengertian Perusahaan Multinasional
III. 2 Hubungan antara Budaya Organisasi dan Kepemimpinan
III. 3 Tipe Budaya Organisasi
III. 4 Membentuk Budaya Organisasi yang kuat
III. 5 Kepemimpinan
III. 5. 1 Latar Belakang Filosofi Kepemimpinan
III. 5. 2 Perilaku dan Gaya Kepemimpinan
III. 5. 3 Teori Kepemimpinan Situasional
  1. 6 Analisa
III. 6. 1 Karakteristik Respoden
III. 6. 2 Hasil Penelitian
Bab IV Penutup
iV. Kesimpulan
Bab V Daftar Pustaka